Harapan Baru UNTAS di Pundak Fernando Jose Lemos Osorio Soares (Nando)


Kongres terbaru Uni Timor Aswain (UNTAS) 30 Agustus 2025, menandai sebuah babak baru dalam perjalanan panjang perjuangan Integrasionis. Terpilihnya Fernando Jose Lemos Osorio Soares atau yg akrab disapa Nando, sebagai Ketua membuka harapan segar bahwa perjuangan ini tidak akan berhenti di tengah jalan, melainkan menemukan arah baru yang lebih tegas dan bermartabat.
Fernando bukan sekadar figur politik dengan jabatan Wakil Ketua I DPRD TK I NTT, melainkan putra seorang pejuang Integrasi Francisco Osorio Soares yang pada masa lalu ikut berjuang bersama TNI dan Prabowo di hutan-hutan Timor. Legitimasi sejarah itu kini berpadu dengan legitimasi politik masa kini, menjadikan kepemimpinan Fernando bukan hanya simbol regenerasi, tetapi juga momentum kebangkitan UNTAS.
Pengakuan negara lewat penganugerahan Bintang Sakti kepada ayah Fernando dan para pejuang Integrasi lainnya semakin menegaskan: perjuangan Integrasi adalah bagian sah dari sejarah bangsa Indonesia. Dengan dasar itu, perjuangan UNTAS bukanlah nostalgia masa lalu, melainkan tugas bersejarah yang masih hidup hingga kini.
Perjuangan di Persimpangan
Saat ini perjuangan Integrasionis berada pada sebuah persimpangan penting. Di satu sisi, ada ruang untuk membawa isu ketidakadilan PBB ke forum internasional. Keputusan sepihak pada 1999 telah membuat sebagian rakyat Timor Timur memilih keluar dari tanah leluhur mereka. Pilihan itu bukan lahir dari rasa takut atau karena terusir, melainkan keputusan sadar dan terhormat—sebuah protes terhadap ketidakadilan. Karena itu, status Integrasionis adalah status pejuang, bukan sekadar pengungsi. Suara ini layak bergema di dunia internasional, sebagai pengingat bahwa ada hak-hak sejarah dan politik yang diabaikan begitu saja.
Di sisi lain, perjuangan di dalam negeri tidak kalah penting. Selama dua setengah dekade terakhir, sejak setelah kepemimpinan Domingos Soares, UNTAS cenderung menempuh jalur pragmatis: fokus pada kepentingan sosial-ekonomi warga Integrasionis di Indonesia, meminta perhatian pemerintah, memperjuangkan bantuan, atau kompensasi untuk bertahan hidup. Langkah ini tentu bermanfaat, tetapi pada saat yang sama UNTAS telah kehilangan ruh perjuangan politik yang menjadi alasan utama mengapa seluruh Integrasionis memilih keluar dari Timor Leste.
Sejak awal, Integrasionis tidak pernah bermaksud menjadi kaki tangan PBB atau tunduk pada dominasi asing yang merugikan rakyat Timor. Keputusan untuk keluar adalah keputusan politik yang tegas. Dan kini sejarah membuktikan kebenaran itu: Australia, dengan kepentingan minyak di Timor Gap, meraup keuntungan besar dari tanah yang dulu diperebutkan dengan darah dan air mata. Fakta ini menegaskan bahwa perjuangan Integrasionis tetap relevan dan mendesak untuk dilanjutkan.
Menyatukan Barisan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan: semua Integrasionis yang memilih keluar dari Timor Leste adalah bagian dari perjuangan. Integrasionis tidak kalah, tidak lari, dan tidak terusir. Integrasionis pergi karena menolak tunduk pada hasil rekayasa PBB yang tidak adil. Keputusan itu lahir dari kesadaran politik yang tinggi, dan karena itu statusnya sebagai pejuang tetap melekat hingga hari ini.
UNTAS harus berdiri sebagai wadah perjuangan, bukan sekadar perkumpulan sosial atau kultural. Tugasnya adalah menjaga nyala semangat itu, menyatukan generasi lama dan baru agar tidak tercerai-berai oleh waktu dan keadaan. Hanya dengan barisan yang teguh dan visi yang jelas, perjuangan Integrasionis akan terus hidup.
Penutup
Kini, harapan itu berada di pundak Fernando. Sebagai ketua baru, ia memikul amanat yang tidak ringan: membuktikan bahwa UNTAS bukan lagi organisasi yang mandek, melainkan organisasi perjuangan yang mampu membawa suara Integrasionis ke tingkat nasional maupun internasional.
Selamat untuk, adikku Nando. Tugas ini bukan sekadar jabatan, melainkan warisan perjuangan yang berakar dari tekad para Integrasionis—Integrasionis yang dengan sadar meninggalkan Timor Timur, bukan karena takut atau diusir, melainkan karena memilih jalan terhormat: berdiri tegak menjaga kehormatan dan menolak tunduk pada dominasi asing.
Harapan kini bertumpu di pundakmu. Semoga mampu membawa UNTAS kembali ke jalan awalnya: organisasi perjuangan, bukan sekadar wadah pragmatis yang hanya menuntut bantuan ekonomi. Sebab perjuangan Integrasionis tidak lahir dari perut lapar, melainkan dari cita-cita besar mempertahankan martabat dan harga diri bangsa.

Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama