Uni Soviet dan Yugoslavia bubar karena kombinasi dari beberapa faktor kunci. Di Uni Soviet, sistem yang sentralistis dan otoriter gagal mengatasi stagnasi ekonomi dan tuntutan kemerdekaan dari berbagai republik etnisnya. Kebijakan Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (restrukturisasi) oleh Mikhail Gorbachev secara tidak sengaja mempercepat proses ini dengan melemahkan kontrol pusat. Sementara itu, Yugoslavia pecah akibat kebangkitan nasionalisme etnis yang ekstrem setelah kematian pemimpin karismatiknya, Josip Broz Tito, yang diperparah oleh krisis ekonomi dan kegagalan kepemimpinan kolektif untuk meredam sentimen separatis, yang akhirnya berujung pada perang saudara yang brutal.
Di sisi lain, Indonesia berhasil bertahan sebagai negara kesatuan karena beberapa alasan fundamental. Pancasila sebagai dasar negara terbukti efektif menjadi landasan bersama yang mengakomodasi keragaman suku, agama, dan budaya. Selain itu, pengalaman Sejarah sebagai bangsa yang berjuang bersama melawan kolonialisme menumbuhkan rasa persatuan nasional yang kuat.
Referensi:
Gorbachev, M., Perestroika: New Thinking for Our Country and the World (New York: Harper & Row, 1987).
Ramet, S. P., The Three Yugoslavias: State-Building and Legitimation, 1918-2005 (Washington, D.C.: Woodrow Wilson Center Press, 2006).
Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c.1200, 4th edn. (Basingstoke: Palgrave Macmillan, 2008).