Setelah kirim komentar yang banyak seperti dibawah, saya merespon beberapa komentar yang ada. Sekitar 5 menitan lalu direfresh, dan komentar banyak saya itu tidak terlihat. Apakah kisah ini serupa saat dulu berkomentar di channel Mata Najwa yang pernah bahas soal Timtim/TL? entahlah...
Jadi, Minggu malam Senin saya baru kirimkan respon saya soal video youtube seperti judul diatas. Sekedar untuk menyambungkan opini yang coba mengetengahkan: "Pahit berimbang, manis diakui bersama". Seperti apa komentar saya, mari dibaca dengan seksama yaa....
Kepada admin Yth. Watchdoc Documentary
1. Semoga dengan kebaikan channel ini, komentar saya dapat di-PIN. Barangkali rada pedes, hmmm dikit-lah..
2. Episode “Ingatan dari Timor” sudah saya tonton sampai habis, 1 jam lebih.
3. Saya mengapresiasi kerja hebat channel yang sudah banyak dapat penghargaan karena produk video doku/semi-dokumenternya. Sebuah usaha yang saya dan tim idam2kan, namun belum bisa terwujud...hehehehe....
4. Selanjutnya, saya ingin memberikan komentar karena diingatkan oleh kolega via WA 3 hari lalu bahwa ada video baru tentang Timor Leste (TL). Rekan ini lazim kirim berita serupa tentang video youtube terbaru yang bagus-bagus bukan gosip atau tanpa data juga fakta. Ini dilakukan karena beliau tahu kalau saya memiliki ketertarikan soal sejarah dan masa lalu Timor Timur (Timtim)/TL yang beberapa tahun belakangan digeluti.
5. Video ini seperti membaca buku, atau makalah kampus. Diawali dengan permasalahan, dibahas dengan apik, dan diakhiri dengan jawaban plus rekomendasi aksi yang ciamik. Tentunya terlepas dari rasa optimis sekaligus pesimis yang ada.
6. Pertama yang menjadi perhatian saya ialah sumber buku. Ditampilkan ada buku Kiki Syahnakri dan TL merdeka 2 kali. Sekilas saya bergumam bahwa “video ini akan hasilkan konten berimbang”, ternyata tidak: saya salah. Bagi saya ini tidak mengagetkan karena sumbernya berasal dari Chega!, AJAR, Renetil, Museum TL, dan sejenisnya. Bagi mereka yang sudah membaca buku mereka atau ulasan dimedia lainnya, jelas isinya adalah mayoritas (jika tak inin dsebut sumuanya) kisah “kumpulan dosa-dosa tentara Indonesia, Orde Baru, dan Suharto”. Narasi konten ini sepertinya menceburkan diri, sudah masuk (terjebak) dan menjadi bagian dari mereka.Bisa jadi ini adalah strategi empati dalam memahami apa yang dibahas, hingga rasa kasihan, sedih, juga air mata bisa jatuh.
7. Konten video ini sedari awal sudah berlebihan. Salah satu tim kami adalah guru dan yang apa yang disebutkan mbak peran utama dalam video ini yang “berkesan” sejarah Timtim tidak diajarkan disekolah adalah SALAH. Kami bahkan membahas beberapa di channel kami, bahkan berapa halaman dan berapa menit harus dihabiskan jika membaca kisah sejarah Timtim dalam pelajaran sejarah disekolah. Jangan berharap bahwa sejarah Timtim akan dibahas panjang lebar diteks buku sejarah disekolah di Indonesia, lha wong sejarah Majapahit yang gemilang berabad-abad saja dibahas tidak detail, termasuk sejarah kontemporer macam perang dan keburukan yang menyertainya, baik itu dilakukan oleh pihak luar juga pihak dalam negeri Indonesia. Semua dunia melakukan hal yang serupa termasuk dalam buku sejarah TL yang diajarkan disekolah kini. Maaf ya, sejarah sebagai pendidikan dan sejarah sebagi ilmu adalah 2 hal yang berbeda. Jangan dieksploitasi, namun berikan edukasi. Ini penting mbak.
8. Lebih lanjut, dalam khasanah sejarah sebagai Ilmu, bahkan dalam “Buku Babon” sejarah Indonesia terbaru yang belum juga diterbitkan itu, sejarah TL diulas pada masa sebelum, saat dan paska-integrasi hingga kisah terbaru juga ditulis. Tentang keberadaan TL dalam sejarah Indonesia “eksis” lebih dari setengah abad, yakni merentang dari jaman sebelum Indonesia merdeka, khususnya pada pembahasan PPKI hingga jaman Reformasi yakni diakhir pemerintahan Jokowi tahun 2024. Kurang apa lagi, coba?!. Lagi-lagi, sudah dibahas pada channel kami berdasarkan draf Sejarah Indonesia terbaru yang sudah diseminarkan secara terbuka di Universitas Indonesia oleh Tim Penulisan yang diketuai oleh Prof. Susanto Zuhdi. Oya, saya bahkan pernah mewancarai beliau tentang “kepastian sejarah Timtim dimasukkan ke dalam penulisan sejarah Indonesia terbaru”. Jawabannya: DIPASTIKAN MASUK.
9. Apa artinya ini? jika jaman integrasi, Timtim/TL dikenal sebagai “anak emas” maka tidak berlebihan jika kini saya menyebut bahwa Timtim/TL Tetap Menjadi "Anak Emas" Indonesia. Dengan demikian, konten channel ini yang membangun gambaran bahwa sejarah Timtim dihilangkan, tersingkir, dan kosakata kondisi menyedihkan lainnya adalah keliru. Secara tertulis official history tersebut ingin berkata bahwa “Indonesia sayang dengan TL”. Pastiinya akan ada yang berseloroh: “woiii, soal kekerasan yang buas itu tidak dituliskan dalam sejarah Indonesia, seperi pembantaan Santa Cruz?” saya jawab: “dituliskan, tapi kalau mau detail, silahkan baca versi TL, ya persis-lah, rada-rada serupa seperti konten ini”.
10. PASTINYA, saya ingin menyatakan bahwa dalam perang di Timtim, Indonesia punya salah TAPI jangan melulu, terus menerus “kabut hitam pekat” dilekatkan ke Indonesia. Ingat banyak tangan bermain didalamnya, ingatlah itu terjadi dalam konteks perang dingin yang kali ini minim dibahas dalam konten, dan bukan hanya (bisanya disalahkan) dari sisi Indonesia. FYI, masyarakat Timor itu sudah terbelah jauh sebelum Indonesia intervensi ke TL, yakn sejak jaman penjajahan Portugal yang bercokol selama 400 tahun (versi lain menyebut 500 tahun). Mereka tersekat-sekat secara politis berdasarkan klan dan kesetiaan terhadap raja (liurai). Tak mengagetkan jika 1974-75, mereka orang Timor terbelah, bergesekan, dan angkat senjata saling memerangi, membunuh antar saudara sendiri. Lalu kepentingan Perang Dingin, Indonesia ada didalamnya juga ragam masalah di tubuh ABRI terbawa ke Timtim. Amerika pasok dan jual alat perang ke Indonesia, Australia, negara Eropa, dan Asia secara politis dukung integrasi diberbagai forum, negara ASEAN juga tak lupa serta negara-negara didunia lainnya yang diam seribu bahasa, termasuk PBB ketika 1974-75 mingkem, dan tak bertindak ketika gejolak darah terjadi di Timor.
11. Ya, sama mingkemnya konten ini dengan kebaikan Indonesia selama 24 tahun, disini hanya diingatkan tentang “keburukan Indonesia” selama 24 tahun di Timtim/TL. Soal kebaikan NKRI, tidak usah saya bahas disini, pastinya setelah jajak pendapat, banyak keahlian non fisik dan fisik yang didapat pada jaman integrasii Indonesia masih abadi juga dipakai hingga kini. Terkait jajak pendapat, muncul “Politik bumi hangus paska referendum yang membakar seluruh TL hingga hanya tersisa debu dan kita memulai dari nol lagi” adalah hoax, propaganda untuk mereka yang malas membaca dan berfikir termasuk anak muda milenial TL dan NKRI kini.
12. Dan, berhentilah membangun framing bahwa TL merdeka dari Indonesia. Itu keliru.
13. Mbak peran utama berkata tidak meyakiini rekonsiliasi dari G to G, padahal itu sudah selesai dan berdampak positiif ke Indonesia, contohya penulisan sejarah sepertii yang saya jelaskan diatas. Apakah pernah bertanya, apakah G to G itu berdampak ke TL?. Sadarkah tentang konten narasi sejarah dan museum mereka tentang gambaran Indonesia? Pernahkan baca diskusi di FB dan di YT antar akun TL dan NKRI tentang masa lalu mereka? Bahkan diantara mereka berujar bahwa orang Timtim (yang pilih Indonesia) yang lazim disebut sebagai milisi, tak akan berani, dilarang masuk kampung di TL, karena kalau dilakukan maka dia akan dibunuh. Mbak, di akar rumput centang perenang! Namun, itu bukan akhir segalanya.
14. Ketahuilah bahwa Indonesia negara besar makanya memiliki hati yang besar. Rekonsiliasi dibuka seluas-luasnya apalagi RDTL sudah masuk ASEAN, dan kini usaha tersebut sudah pada tahap ke organisasi masyarakat. Pemerintah RDTL sedang rally rekonsiliasi dengan organisasi pro integrasi FKPTT (Forum Komunikasi Pejuang Timor Timur). Pesta musik dan budaya sudah secara berkala dibuat diperbatasan yang pertemukan waga RDTL dan NKRI. Tentunya juga pasar tradisional diperbatasan.
15. Saya termasuk orang Indonesia yang selalu berharap TL semakin hari semakin membaik. Optimis!, terlebih sudah masuk ASEAN. Ya, se-optimis dan se-gembira elit dan rakyat TL ketika diterima menjadi bagian dari ASEAN.
16. Sebagai penutup, saya ingin menyatakan bahwa jika saya dan tim memiliki channel sebesar ini, pasti kami akan berbuat lebih baik untuk membangun kebaikan bersama dengan data dan fakta yang kaya, dari sisi TL juga Indonesia: “Pahit berimbang, manis diakui bersama”.
17. Demikian. Salam hormat & salam takjub atas kesadarannya membuat konten ini.
Salam,
Admin Timtim Files.
