Setelah penganugerahan tanda jasa kepada para pejuang Integrasi Timor Timur pada 25 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto kembali mengundang kami dalam sebuah jamuan makan yang penuh keakraban. Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyerahkan tanda jasa kepada beberapa figur yang sebelumnya mungkin terlewat oleh panitia, di antaranya José Duarte—tokoh pemberontakan anti-kolonial tahun 1959 dan ayah dari Letnan Jenderal Rui Duarte—serta Antonio Freitas Parada, salah satu pejuang Timor Timur yang gigih membela NKRI.
Pertemuan ini menghadirkan suasana berbeda dari sekadar seremoni kenegaraan. Hangat, akrab, bahkan nyaris tanpa batas protokoler. Sebelum acara dimulai, Presiden Prabowo masuk ke ruangan dan menyalami para tamu satu per satu: para jenderal purnawirawan seperti Hendropriyono, Agum Gumelar, hingga para pejuang Integrasi dan para pewarisnya. Tak ada jarak antara seorang Presiden dengan kami. Setiap jabatan tangan diberikan dengan penuh penghormatan, setiap senyum mencerminkan ketulusan.
Saat tiba di hadapan saya, Presiden menggenggam tangan saya dengan erat, disertai senyum hangat yang bersahabat. Dari sorot matanya tampak ia mencoba menerka dan mengingat saya. Memang, kami pernah bertemu dalam dua kesempatan sebelumnya: pertama pada tahun 1996, ketika beliau berkunjung ke rumah kami untuk menyampaikan belasungkawa atas wafatnya ayah kami yang baru saja dimakamkan di TMP Seroja Dili, tepat di samping Kakek Arnaldo dos Reis Araujo. Pertemuan kedua terjadi pada 1997, ketika saya membalas kunjungannya dengan bersilaturahmi ke rumah dinas beliau. Karena itu, genggaman tangan di hari ini terasa lebih daripada sekadar sapaan seremonial; ia membawa kembali ingatan akan hubungan lama yang penuh rasa hormat.
Kehadiran Presiden Prabowo dalam pertemuan itu jelas bukan sekadar formalitas. Ia adalah pengakuan langsung dari seorang kepala negara bahwa jasa para pejuang Integrasi tidak pernah dilupakan, dan bahwa ikatan persaudaraan antara mereka dengan bangsa ini tetap terpelihara lintas waktu.
Di hadapan para pejuang, Presiden Prabowo menyampaikan kalimat sederhana namun sarat makna: “Jasa tidak mengenal kedaluwarsa.” Ucapan ini menembus hati banyak orang yang hadir, terutama mereka yang selama puluhan tahun merasa perjuangannya dipinggirkan. Kata-kata itu menjadi penegasan bahwa negara tidak pernah lupa, dan bahwa mereka yang berjuang demi keutuhan NKRI—baik para Integrasionis yang setia maupun prajurit tempur yang pernah bertugas—tetaplah pahlawan bangsa.
Suasana kebersamaan semakin menguat saat Prabowo berdiri bersama para veteran dan pejuang Integrasi, lalu menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dengan penuh semangat. Dimulai dari Indonesia Raya, dilanjutkan dengan 17 Agustus Tahun ’45, Maju Tak Gentar, Garuda Pancasila, Satu Nusa Satu Bangsa, hingga Halo-Halo Bandung. Setiap kali sebuah lagu selesai, mereka spontan menyambung dengan lagu berikutnya, seolah alunan yang tak henti-hentinya. Ruangan itu bergemuruh oleh rasa nasionalisme murni, tanpa rekayasa dan tanpa paksaan.
Tak hanya lagu perjuangan, kami juga melantunkan lagu pop legendaris Rumah Kita—simbol kesetiaan bahwa Indonesia, dengan segala suka dukanya, tetaplah rumah bersama. Pertemuan kemudian ditutup dengan lagu Kemesraan, menghadirkan nuansa kekeluargaan yang kental. Momen itu seakan menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar pertemuan formal kenegaraan, melainkan temu keluarga besar bangsa yang ditempa sejarah pahit namun tetap teguh menjaga kesetiaan pada Merah Putih.
Lebih dari sekadar nostalgia, pertemuan ini adalah peneguhan kembali identitas Integrasionis. Bahwa Integrasionis bukanlah sekadar “pengungsi”, melainkan pejuang yang mengambil sikap berani di tengah badai sejarah. Kata-kata Presiden Prabowo tentang jasa yang tak mengenal kedaluwarsa menjadi jembatan: bagi mereka yang mulai lelah, itu pengingat untuk tidak menyerah; bagi yang tetap teguh, itu penguatan bahwa pengorbanan mereka tidak pernah sia-sia.
Kini, semangat itu kembali menyala. Pesan yang lahir dari pertemuan ini jelas: meski badai sejarah berusaha memadamkan, api kesetiaan kepada NKRI tak akan pernah padam.
Tags:
Ex-Timtim