PIDATO KETUA UMUM JIFAV Dalam Acara Deklarasi dan Refleksi 51 Tahun Apodeti

 


PIDATO KETUA UMUM JIFAV

Dalam Acara Deklarasi dan Refleksi 51 Tahun Apodeti
Kupang, 27 Mei 2025

 


Salam sejahtera bagi kita semua,
Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, dan Salam Kebajikan.

Yang saya hormati para sesepuh Apodeti, keluarga besar korban kekejaman FRETILIN,  tokoh-tokoh masyarakat, pejuang Integrasi dan segenap tamu undangan yang sepenuhnya kami muliakan dan yang telah hadir dalam suasana sederhana namun penuh makna ini.

Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kasih-Nya, hari ini—tanggal 27 Mei 2025—kita dapat bersama-sama menyaksikan satu momen bersejarah, yaitu : Deklarasi Pendirian Organisasi Justice For Apodeti Victims (JIFAV).

Saudara-saudari sekalian,
Sejarah mencatat bahwa di balik euforia yang sering dikumandangkan oleh para pemenang, ada luka-luka yang selama puluhan tahun dikubur dalam diam dan kesunyian. Luka-luka itu adalah milik kami — anak-anak dan keluarga para korban kekejaman FRETILIN tahun 1975–1976.

Kami adalah mereka yang selama ini dipinggirkan dari narasi resmi. Kami adalah mereka yang kehilangan ayah, ibu, suami, istri, anak-anak, dan sanak saudara karena kekerasan bersenjata yang brutal, yang dilakukan atas nama kemerdekaan tapi dengan cara-cara yang melanggar kemanusiaan.

Kami mendirikan JIFAV bukan untuk membalas dendam. Kami mendirikan JIFAV untuk menuntut pengakuan, keadilan, dan rehabilitasi—sesuatu yang selama 51 tahun terakhir seolah sengaja diabaikan oleh sejarah resmi dan komunitas internasional.

Apa arti keadilan bagi kami?
Keadilan berarti dunia mendengar kami.
Keadilan berarti sejarah tidak hanya milik mereka yang bersenjata dan menang, tapi sejarah juga milik mereka yang dilupakan dan disakiti.

Keadilan berarti pelaku kekejaman tidak terus-menerus dielu-elukan sebagai pahlawan, sementara korban justru dibungkam dan dihilangkan dari narasi sejarah.
Keadilan berarti suara penyintas harus menjadi bagian dari rekonsiliasi sejati—bukan ditukar dengan impunitas.  Rekonsiliasi menjadi nada yang sama-sama kita alunkan menuju perdamaian dan bukan nada sumbang yang hanya mendengar aspirasi dari satu pihak semata.

Dalam semangat yang demikian, JIFAV hadir sebagai wadah untuk menghimpun suara-suara yang selama ini tercecer dan hampir hilang ditelah oleh sejarah dan narasi bangsa yang memihak.
Sebagai kendaraan hukum, advokasi, dan sejarah dari mereka yang selama ini diperlakukan tidak setara.
Sebagai suara yang tak akan lagi diam. Karena kejahatan yang terbesar adalah jika kita diam ketika kebenaran tidak diikuti.

Karena itulah saat ini kami bersuara sebagai pernyataan sikap kami atas ketidakadilan opini yang kami alami hampir selama setengah abad. Kami bersuara pula untuk rekonsiliasi supaya tidak lagi menjadi musik yang sumbang karena kontribusi nasib kami adalah kenyataan dan kenyataan ini yang wajib kami buka supaya rekonsiliasi yang sama-sama kita cita-citakan dapat diwujudkan sebagai rekonsiliasi yang paripurna.

Hari ini adalah ulang tahun ke-51 Apodeti, partai yang sejak awal berdiri memperjuangkan integrasi Timor Timur dengan Republik Indonesia. Apodeti bukan sekadar organisasi politik, tapi bagian dari identitas dan sejarah kami. Karena APODETI bukan hanya bicara mengenai masa depan politik saja tetapi budaya dan terutama kemanusiaan. Kami bukan berintegrasi dengan orang asing tetapi dengan saudara-saudara kami sendiri. Dalam terang semangat pemungutan suara tanggal 11 Juli 1975 dan momentum sejarah yang berangkai sesudah itu, APODETI adalah berjuang untuk Kembali ke pangkuan ibu pertiwi NKRI. APODETI bukan sekedar Politik yang meminggirkan kemanusiaan akhirnya mengakibatkan perang saudara dan akibatnya konsekuensi politik yang harus kita sama-sama emban telah membawa keluarga kami menjadi korban dalam sengkarut politik yang terjadi. JIFAV mengemban Amanah tugas yang luhur ini supaya keluarga kami tidak mati percuma tetapi dapat menjadi hikmah perdamaian bagi kita semua.

Apodeti sendiri telah membayar mahal atas pilihannya dan kami tidak menyesal karenanya. Para anggota kami dibantai, ditawan dan diasingkan. Mereka dilabeli sebagai pengkhianat hanya karena memilih Indonesia dan dicap sebagai FAN RAI. Penjual tanah yang tidak layak untuk hidup di Tanah Timor. Padahal Kami berpegang pada prinsip bahwa tidak ada bangsa yang berjuang untuk masa depan yang lebih buruk.

Kenyataan ini menjadi bukti bahwa rekonsiliasi tidak akan membawa perubahan jika hal-hal ini belum tuntas kita bicarakan.

Tapi Kami yakin bahwa sejarah akan mencatat: mereka adalah pejuang integrasi, bukan pengkhianat. Mereka adalah korban kekejaman, bukan penjahat.

Maka tepat jika deklarasi JIFAV dilakukan pada hari ulang tahun Apodeti. Sebab di dalamnya mengalir semangat keberanian, integritas, dan loyalitas pada kebenaran sejarah yang kami warisi dari generasi sebelumnya yang percaya bahwa perjuangan Kami adalah perjuangan untuk Kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi karena pada prinsipnya Tidak ada bangsa yang berjuang untuk masa depan yang lebih buruk.

Masa depan adalah prioritas perjuangan kami.

Karena semangat inilah JIFAV didirikan.

Terima kasih,

Ketua Umum JIFAV

 

Olegario Miguel Soares

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama