DEBAT KE III ANTARA BASMERI DAN DAVID SAVAGE

 


Inilah debat ketiga antara saya Basmeri Integrasionis, dan David Savage, seorang ekspat yang pernah bekerja di Timor selama lima tahun.

Apa yang ia sampaikan? Bukan hal baru bagi saya.

Sudah biasa, bahkan tipikal — pandangan seorang bule yang datang dari jauh, lalu merasa paling tahu soal tanah kami, sejarah kami, dan luka kami.

Dalam setiap argumennya, saya tak melihat upaya untuk benar-benar memahami. Yang saya lihat adalah klaim demi klaim sepihak, yang mengabaikan kenyataan sejarah yang lebih dalam: tentang pembantaian oleh FRETILIN tahun 1975, tentang kecurangan dalam jajak pendapat 1999, tentang ratusan ribu jiwa yang harus terusir dari tanah kelahirannya karena menolak hasil yang cacat dan penuh intimidasi itu.

Bagi kami, ini bukan sekadar debat. Ini adalah perjuangan mengangkat suara yang selama ini dibungkam dan diabaikan dunia.

Terima kasih, David. Anda membuktikan sendiri bahwa Anda hanyalah salah satu dari sekian banyak orang luar yang merasa berhak mendefinisikan sejarah kami, tanpa pernah benar-benar menghidupi apa yang kami alami.

Anda menyebut saya memanipulasi fakta? Saya justru bersuara dari luka dan pengalaman hidup, bukan dari laporan tertulis dan konferensi diplomatik. Anda hanya mampir lima tahun sebagai pengamat, sementara kami adalah anak-anak dari tanah Timor itu sendiri. Kami tidak hanya membaca sejarah, kami menjadi sejarah itu sendiri. Anda bilang tidak ada yang menyangkal Indonesia menginvasi Timor? Pernyataan itu sudah cukup menunjukkan bahwa Anda hanya mengutip narasi satu pihak yang menang di meja diplomasi, bukan kebenaran yang berakar dari tanah Timor.

Anda bisa menyebut angka, statistik, dan kesimpulan dari organisasi internasional yang menurut Anda independen — padahal di lapangan, kami melihat sendiri bagaimana personel UNAMET direkrut dari daerah basis anti-Integrasi, dan bagaimana pengamat seperti Anda menganggap bahwa satu-satunya kekerasan berasal dari Pro-Integrasi. Bagaimana dengan intimidasi dari CNRT? Pembantaian terhadap keluarga Apodeti dan UDT sejak 1975? Atau mata-mata Fretilin yang sekarang menjadi "pahlawan reformasi"? Fakta-fakta itu Anda diamkan, atau anggap tidak penting karena tak cocok dengan narasi besar yang ingin Anda pertahankan.

David, jika Anda benar-benar peduli pada keadilan dan objektivitas, mari kita bicara soal fakta yang selama ini Anda dan komunitas internasional diamkan.

Pertama-tama, Anda berbicara seolah-olah Jajak Pendapat 1999 itu bebas dan adil. Faktanya, kecurangan sudah terjadi sejak hari pertama UNAMET hadir di Timor Timur. Dari rekrutmen staf lokal yang mayoritas berasal dari basis anti-Integrasi, hingga pembatasan ruang kampanye bagi pihak Pro-Integrasi. Lalu mengapa pengumuman hasil yang seharusnya tanggal 7 September 1999 tiba-tiba dimajukan ke tanggal 4? Karena sudah mulai muncul laporan-laporan kecurangan di banyak distrik. Jika prosesnya bersih, kenapa buru-buru diumumkan? Apa yang disembunyikan?

Dan Anda mengatakan, "tidak ada yang menghentikan saya kembali ke Timor Leste"? Justru saya tidak kembali sebagai bentuk protes karena saya tahu tanah leluhur saya kini dikuasai oleh elit yang berkuasa lewat jalur penuh manipulasi, dengan restu dari kekuatan global — termasuk negara Anda sendiri. Jadi, bukan saya yang takut kembali. Saya hanya tidak sudi kembali dalam sistem yang dibangun dari ketidakadilan dan darah saudara sendiri.

Jika Anda benar-benar mencintai kebenaran dan kemanusiaan, Anda seharusnya mendengar dua sisi cerita, bukan hanya mendaur ulang apa yang selama ini didiktekan oleh satu pihak. Sayangnya, Anda sudah memilih untuk tidak netral, dan dengan begitu — Anda bukan bagian dari solusi. Anda hanyalah penggemar narasi mainstream yang dibentuk bukan oleh realitas, tapi oleh politik global dan simpati selektif.

Kalau Anda yakin bahwa 78,5% rakyat memilih menolak integrasi, maka jawab dulu pertanyaan ini: kenapa ratusan ribu rakyat Timor Timur memilih mengungsi ke Timor Barat dan tidak kembali hingga hari ini? Mereka bukan tentara. Mereka adalah keluarga biasa, anak-anak, petani, dan tokoh masyarakat. Apa yang mereka tolak, kalau benar mereka semua ingin "merdeka"? Anda tidak bisa menghapus eksistensi mereka hanya karena mereka tidak cocok dengan narasi Anda.

Dan sekarang mari bicara soal kejahatan yang Anda dan rekan-rekan "independen" Anda selalu diamkan — pembantaian oleh FRETILIN sejak tahun 1975. Ribuan Pro-Integrasi dibunuh secara sistematis. Pemimpin Apodeti, UDT, KOTA, Trabhalista — semuanya diburu, ditangkap, disiksa, dibantai. Bahkan Presiden pertama FRETILIN, Xavier do Amaral, menjadi korban kegilaan partainya sendiri: anaknya tewas dan istrinya diperkosa secara brutal oleh sesama anggota FRETILIN. Fakta ini bukan dongeng. Saksi-saksi hidup masih ada. Dokumen ada. Kenapa Anda tidak bicara soal ini?

Jika Anda benar-benar peduli pada kemanusiaan, Anda harus menyuarakan semua penderitaan — bukan hanya penderitaan satu pihak yang sesuai dengan ideologi Anda. Sayangnya, Anda hanya bersuara untuk mereka yang sudah menang dalam narasi internasional, bukan mereka yang terbuang dari sejarah karena dianggap tidak "laku" secara politik.

David, Anda boleh punya pandangan. Dan saya juga punya hak untuk mempertahankan kebenaran yang saya alami. Tapi jika Anda tidak mampu memosisikan diri secara netral dan adil, maka Anda bukan bagian dari solusi — Anda hanyalah pengikut arus yang percaya bahwa suara mayoritas bisa diproduksi lewat manipulasi dan diam terhadap kejahatan lama.

Kami, para Integrasionis, tidak keluar dari Timor karena kalah suara. Kami keluar untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ada ketidakadilan besar yang ditutup rapat-rapat oleh sistem internasional. Dan kami akan terus bersuara, karena tanah itu bukan sekadar wilayah — itu tanah leluhur kami, tanah darah kami.

Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama