Bokap ane pernah bilang kalau dalam situasi krisis semisal di tengah baku tembak, yang beliau ingat bukanlah anak-istri, orang tua, ataupun sanak keluarga di rumah tetapi orang-orang disekeliling beliau, istilahnya brother in arms atau comrades. Merekalah keluarga yang sebenarnya pada saat seperti itu, barulah ketika situasi krisis telah lewat, ingatan mereka pun otomatis kembali tertuju kepada orang-orang tercinta di rumah.
Suatu ketika, base camp bokap pernah di serang oleh gerombolan bersenjata (fretilin) yang jumlahnya diperkirakan ratusan, logikanya dalam situasi seperti itu pasti akan jatuh korban sangat banyak dari pihak ABRI, karena serangan dadakan itu di lakukan pada tengah malam dimana sebagian besar pasukan telah tertidur pulas, termasuk bokap. Tapi beruntunglah berkat intuisi sang komandan, selamatlah pasukan di base camp tersebut. Bagaimana bisa????
Begini ceritanya, seperti hari-hari biasanya setelah jam 22.00 hampir seluruh anggota pasukan sudah masuk ke dalam bivak untuk melepas lelah…hanya beberapa personel saja yang bangun, karena mendapat giliran jaga. Tetapi meskipun begitu, mereka tak pernah membiarkan senapan M16-nya jauh dari posisi tidur mereka, bahkan kalau perlu di peluk. Karena ada pemahaman di antara mereka kalau “senjata adalah istri kedua, apapun yang kita lakukan jangan sampai nggak bawa senjata, bahkan buang hajat sekalipun”. Tetapi sekitar jam 23.30…Danki tiba-tiba membangunkan semua personel tak terkecuali bokap ane, meskipun bangun dengan perasaan dongkol, tapi perintah adalah perintah. Semua orang bertanya-tanya ada hal apa hingga mereka di bangunkan tengah malam kayak gini??
Para Danton segera dikumpulkan untuk mendapat pengarahan, Danki memerintahkan agar semua personel segera memakai perlengkapan tempurnya, semua senjata harus dalam kondisi siap tempur dan jangan ada yang kembali tidur!!.
Danton pun kembali ke peletonnya masing-masing dang menginstruksikan agar anggota peletonnya melakukan seperti yang Danki perintahkan, yah apa mau dikata, mau nggak mau harus dituruti. Kontan pasukan pun sibuk mengisi magasen dengan peluru, menyiapkan mitraliur di dekat SMR, memeriksa kondisi senjata, suara kokangan senjata pun saling bersahut-sahutan, Granat pun sudah bergelantungan di webbing personel, bahkan ada yang mengasah pisau sangkurnya. Setelah semua siap, personel pun di kumpulkan di tengah-tengah basecamp dan di beritahu alasan kenapa kok mereka harus di bangunkan. Ternyata sang komandan kompi ini mempunyai firasat jelek sejak pagi hari, dia yakin betul kalau malam harinya bakalan terjadi sesuatu yang luar biasa. Makanya dia memilih untuk membangunkan semua pasukan untuk berjaga-jaga jikalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dan dia mengmbil resiko di cemooh ama pasukannya apabila ternyata intuisinya tak terbukti.
Tentu saja pasukan pun menggerutu dalam hati, rekan bokap pun sempat mengumpat dengan berbisik“Diamput! Gara-gara ngene iki tah awak dhewe di tangekno?!”. (Diamput! Gara-gara ini kita dibangunin?!).
Setelah pengarahan selesai, para danton pun memerintahkan pasukan untuk menempati posnya masing-masing, 2 tim penembak mortir pun di posisinya masing-masing, tak lupa juga bokap ane dengan SMR kesayangannya …
Semua personel mengarahkan moncong senjatanya ke arah rerimbunan pohon di luar basecamp, kalau ada yang bergerak, TEMBAK !!……yang unik adalah, beberapa personel memanfaatkan dahan pohon yang bercabang (seperti ketapel) untuk menopang laras senjatanya, dengan cara dahan pohon tadi sudah dipersiapkan sebelumnya dan di tancapkan ke dalam tanah.
Menit demi menit, jam demi jam pun berlalu, belum ada tanda-tanda mencurigakan dari luar base camp, akhirnya ketika jam menunjukkan pukul 02.00…terdengar suara-suara aneh dari luar basecamp, seperti suara rumput yang terseret-terseret oleh benda berat, dan makin lama makin ramai….tanpa buang-buang waktu, salah seorang personel menembakkan Flare ke udara dan…..
BANG…!!
Cahaya terang menerangi padang rumput di sekitar basecamp DAN apa yang terlihat?? Ratusan orang terlihat jongkok dan merayap membelah ilalang di luar basecamp…semua personel terbelalak kaget campur takjub melihat sekumpulan manusia dengan jumlah besar merayap-rayap ke arah mereka…DAN tanpa di komando senapan pun menyalak bersahut-sahutan, SMR menyemburkan peluru ke segala arah, teriakan-teriakan Danton ketika memberi instruksi ke anggotanya membelah kesunyian malam. Pasukan pun mati-matian mempertahankan base camp atau mereka yang bakalan mati terbunuh.
Sedangkan di pihak musuh terlihat ratusan orang sudah mulai berlarian tak tentu arah sambil membalas tembakan dengan sporadis ke arah basecamp, pasukan membalas tak kalah gencarnya, GLM di lontarkan, granat dilempar…umpatan-umpatan khas jawa timuran pun terdengar beberapa kali keluar dari mulut pasukan, suara ledakan bersahut-sahutan…..ketika situasi sudah di rasa makin genting, musuh makin merangsek mendekat, pasukan di perintahkan untuk memasang sangkur !! mengantisipasi apabila mereka terpaksa harus ber-DUEL satu lawan satu…otomatis mereka sudah bersiap untuk mati, karena kekuatan musuh yang begitu besarnya
Tapi pasukan masih mempunyai satu senjata andalan, apakah itu?? MORTIR…..penembak mortir pun diperintahan menembakkan mortirnya ke arah musuh, pokoknya fire at will, tembak serapat mungkin. PLUNG !! suara peluru mortir yang keluar dari tubenya bersahutan di tengah malam dan BLARRRR !!! BLARRR!!!…..suara ledakan saling bergantian menggema di posisi musuh…setelah beberapa menit membombardir musuh, akhirnya habislah amunisi mortir……pasukan pun kembali bersiaga jikalau musuh menyerang dengan membabi buta TERNYATA situasi berubah menjadi sunyi, tak terdengar lagi suara teriakan musuh atau letusan senapan…pokoknya jadi Sepiiiiiiii itu menurut penuturan bokap ane.
Tapi pasukan tak gegabah untuk mengecek ke lapangan, mereka menunggu sampai hari terang…..setelah jam menunjukkan sekitar pukul 06.00 pagi, barulah satu peleton (kebetulan peleton bokap) diperintahkan keluar untuk mengecek keadaan di lapangan, tentunya dengan perlindungan tembakan dari rekan-rekan mereka di base camp…….dan apa yang mereka lihat di lapangan sungguh diluar dugaan, mereka hanya menemukan 4 mayat musuh, 3 mayat lelaki dan 1 perempuan…..salah satu mayat terlihat menggantung di dahan pohon dengan kondisi tubuh yang sudah tak lengkap lagi (mungkin terkena ledakan Mortir)……..
Sejak saat itu…Danki yang punya intuisi tersebut jadi kondang namanya di batalyon nyaris tak ada personel yang nggak nurut kalau dia sudah memberi perintah….semoga yang bersangkutan masih hidup sekarang. Dengan begitu kalau beliau bertemu dengan mantan anak buah dan rekan-rekannya bisa saling bertukar cerita.
Ternyata tak selamanya menuruti intuisi itu salah, coba bayangkan kalau Danki saat itu mengabaikan intuisinya……mungkin pasukan satu base camp bisa habis terbantai (mungkin juga termasuk bokap ane).
Okey gan inilah satu lagi sekelumit kisah dari pengalaman bokap saat bertugas di tim-tim…….semoga bisa bermanfaat, setidaknya bisa menghibur lain waktu ane tuliskan kisah yang lainnya….