Tanah Ini Milik Semua Anak-anaknya: Jawaban kepada Mereka yang Merasa Bisa Mengusir Kami dari Leluhur Kami Sendiri


Saya ingin menjawab dengan tenang, sebab hanya yang gelisah yang berteriak. Saya tahu, tulisan saya tidak menyenangkan bagi Anda. Saya tidak berharap Anda menyukainya. Tapi saya tidak menulis untuk menyenangkan siapa pun. Saya menulis untuk menyuarakan kebenaran dari sisi yang selama ini dibungkam oleh sejarah versi tunggal yang Anda percayai.

Anda mengancam saya agar tidak mengunjungi makam ayah saya — seolah-olah Anda adalah penjaga gerbang sebuah tanah yang Anda sendiri tidak pernah perjuangkan dengan kejujuran. Anda lupa, bahwa sebelum Anda menyebut diri "orang Timor Leste", kami sudah menjadi bagian dari tanah itu. Kami bukan orang luar. Kami bukan tamu. Kami adalah darah dan daging dari bumi itu, sebagaimana Anda. Jangan pernah merasa Anda lebih berhak atas tanah yang kita sama-sama warisi dari leluhur.

Ketika Anda berkata saya tidak akan bisa kembali, Anda menunjukkan wajah arogan dari sebagian kecil orang Timor Timur yang merasa dirinya tuan tanah atas penderitaan orang lain. Ketika Anda mengatakan bahwa tulisan saya membuat FRETILIN membenci saya, Anda justru menegaskan satu hal: bahwa Anda sendiri tidak berbeda dengan mereka yang dulu menyiksa Fransisco Xavier do Amaral — pendiri FRETILIN sendiri. Jika mereka mampu menyiksa bapak ideologis mereka sendiri, apa artinya kebencian mereka pada saya?

Ketika Anda membalas gagasan dengan ancaman, itu tanda bahwa Anda tidak punya argumen. Ketika Anda menyebarkan akun saya, bukan karena kebenaran yang saya katakan salah, tapi karena Anda takut. Anda ingin membuat saya menjadi musuh publik? Silakan. Saya tidak gentar. Tapi jangan kira setiap ancaman akan dijawab dengan ketundukan. Jika Anda datang membawa kekerasan, jangan berharap lawan Anda akan memberikan dirinya secara cuma-cuma. Di sinilah awal dari kekacauan, dan sayangnya, Anda sendirilah yang menyiramkan bensin pada api itu.

Saya tidak akan pernah berhenti menyuarakan ketidakadilan yang terjadi atas nama “kemerdekaan.” Karena Integrasi bukan sekadar urusan politik — itu adalah sejarah darah kami, rumah kami, dan martabat kami. Dan Anda tidak bisa menghapusnya hanya dengan gertakan.

Jadi jika Anda tidak setuju, silakan tulis bantahan. Buat narasi Anda. Jangan berpikir Anda bisa menjadi hakim dan algojo. Demokrasi sejati lahir dari perbedaan pandangan, bukan dari pemaksaan pikiran tunggal.

Terakhir, ingatlah ini:

Tanah Timor bukan hanya milik FRETILIN. Tanah itu milik semua anak-anaknya. Dan saya adalah salah satu dari mereka.


Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama