Foto sebagai ilustrasi tulisan
Jumat, 17 April 1998, Dili, Kompas
Tiga anggota GPK (gerakan pengacau keamanan) Timor Timur dan dua angggota ABRI tewas dalam kontak senjata di Baucau, sekitar 180 km dari Dili. Kepala Staf Kodam (Kasdam) Udayanya, Brigjen (TNI) Willem de Costa, mengatakan hari Kamis (16/4) di Bandara Comoro Dili, kontak senjata itu terjadi Rabu malam lalu ketika petugas keamanan menyergap markas GPK di Kampung Manulai, Desa Wailili, Kecamatan Baucau.
“Sebelumnya, petugas mendapat laporan dari masyarakat tentang adanya markas GPK di situ. Dalam penyergapan itu anggota ABRI mendapat perlawanan ketat sehingga kontak senjata tidak terhindarkan,” ujarnya.
Menurut Kasdam, dalam kontak senjata itu pihak GPK melepaskan tembakan ke arah anggota ABRI, Serda Wayan Darma yang membawa sebuah granat. Tembakan mengenai prajurit tersebut dan granat pun meledak. Serda Wayan tewas bersama Serda Atek Ribiyanto yang berada di sampingnya.
Tiga anggota GPK yang tewas adalah Ny Maria Maia Marques (37), anaknya Cribonto (12), dan Salustiano Freitas (35), pemilik rumah. Sekitar delapan anggota GPK lolos dari penyergapan itu.
Kontak senjata berlangsung satu jam. Rumah yang menjadi markas GPK itu dibangun tahun 1995 tapi hingga kini belum selesai. GPK juga membangun terowongan mirip katakombe. Terowongan ini sekaligus menjadi penyimpanan logistik mereka.
“Salustiano Freitas adalah mantan anggota tim kesatuan “Sera” Kodim 1828 Baucau. Dia lari ke hutan bergabung dengan GPK sejak tahun 1992,” kata Willem.
Senjata ditemukan
Kasdam mengatakan, ketika dilakukan pembersihan esok harinya, petugas menemukan 33 butir peluru M16, 12 butir proyektil, satu peti amunisi campuran, tiga pucuk senjata api, senjata api genggam kuno, satu senapan angin, empat magasin penuh peluru, satu magasin M16, dua handy talky, dua rol kabel, 23 antena, bendera Fretelin, tiga teropong, 10 kaset video, satu dos obat-obatan dan bahan makanan, dokumen, bom rakitan, ransel, tiga sepatu ABRI, tiga pasang baju TNI, 12 celana loreng, tujuh peti kosong, beberapa foto pimpinan GPK seperti David Alex, Matan Ruak dan Cesario Haksolok.
Tiga anggota GPK yang tewas di Manulai itu sempat dibawa kabur ke hutan oleh anggota GPK lainnya yang berhasil lolos dalam penyergapan malam itu.
Ia menambahkan, tiga pucuk stengun itu digunakan GPK ketika membunuh Pratu Amandio Coreia, istri dan anaknya dua pekan lalu di markas tersebut. Keberadaan markas GPK di tengah kampung merupakan petunjuk bahwa GPK semakin cerdik melakukan aksi-aksi yang merugikan masyarakat.
Kasdam mengharapkan, masyarakat agar segera melaporkan kepada pihak berwajib jika mengetahui ada kegiatan GPK di daerah itu. Hal itu penting agar petugas keamanan bisa segera mengambil langkah-langkah pengamanan.
Tags:
Timor Timur